Rabu, 23 November 2011

Yes, We Are Emo

Alone At last adalah sebuah band yang terbentuk pada tahun 2003 dengan formasi awal Abok [vokal], Athink [drum], Bahe [gitar/backing vocal], dan Indra [bass]. Mereka telah merilis dua album di bawah perusahaan rekaman Absolute Records:  EP Sendiri vs Dunia [2004] dan Jiwa [2008]. Dua album itu, menghasilkan hits seperti ”Amarah Senyum” dan “Air Mata”. Berkat kedua album tersebut Stand Alone Crew–sebutan bagi fans Alone At Last–tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Surabaya, Bali, Jogja, Medan, Banjarmasin, dan Makasar. Hal ini terlihat dari tawaran untuk menghibur para fans di kota-kota tersebut yang tak kunjung henti.


Selama kurun waktu itu, telah terjadi pergantian personil di tubuh Alone At Last. Abok berhenti karena kesibukannya sebagai PNS, sedangkan Indra Papap keluar menyelesaikan kuliahnnya di Australia. Dan formasi terkini Alone At Last terdiri dari dari Yas [vokal], Ubey [bass], Ucay, Athink [drum], dan aditional player Davit [gitar].

Album Jiwa adalah hasil dari formasi terkini. “Album ini sangat bersejarah bagi band kami, karena hadirnya para personil baru yang memberikan warna baru bagi musik Alone At Last,“ kata Athink soal perbedaan album terbaru bandnya dibandingkan dengan album sebelumnnya. Album Jiwa merupakan sinergi dari personil lama dengan personil baru.  Kontibusi Ucay memberikan harmonisasi yang inovatif dalam membuat lagu dan jika mendengarkan album ini akan terasa perbedaan nuansa dalam setiap lagu.

Sabtu, 5 Desember 2009,  pukul tujuh malam, mereka mengadakan konser tunggal yang diberi judul “Walk Together, Rock Together.”  Konser ini merupakan konser pertama Alone At Last setelah tujuh tahun berkiprah di ranah musik indie. Teater tertutup Dago Tea House, dipilih untuk melaksanakan konser karena memiliki kenangan yang bersejarah bagi mereka. Mereka pernah sepanggung dengan Burgerkill pada saat acara ulang tahun Burgerkill.

“Walk Together, Rock Together” adalah kutipan kalimat yang selalu dipegang teguh oleh para personil dan tim management Alone At Last. Konser tunggal ini adalah target utama band di tahun ini selain mengerjakan album berikutnya. “Kami selalu mementingkan kebersamaan dan kekeluargaan. Kami sangat menghargai dan mendukung band-band lain sekalipun mempunyai musik yang berbeda dengan band kami, kan kita sama-sama menyukai bermusik!” kata Yas soal kutipan kalimat  tersebut.

“Persiapan konser ini hanya sekitar satu bulan,” ujar Kikio Nugraha, manager Alone At Last. “Kami tidak menyebarkan pamflet untuk mempromosikan konser ini, kami lebih banyak bergerak di dunia maya seperti Facebook dan MySpace,” Yas menambahkan. Bagi Alone At Last mentalitas yang kuat adalah modal yang paling penting untuk persiapan konser tunggal pertama mereka.”The S.I.G.I.T,, Pure Saturday atau Fall Out Boy aja bisa konser, kenapa kita juga nggak bisa?” kata mereka.

Kira-kira pukul delapan malam, venue mulai dipadati oleh penonton. Para anggota Stand Alone Crew—sebutan untuk penggemar Alone At Last—yang sudah hadir sejak pukul tujuh, setia menanti konser dimulai. “Kami ingin tahu bagamana setelah tujuh tahun bermusik, apakah para fans kami masih dapat mengapreasiasikan musik kami dengan baik dan bersenang-senang dengan kami,” kata Yas.

Ketika tirai panggung dibuka para penonton berteriak histeris. Semua personel band memakai kaos berwarna putih yang bertuliskan “Alone At Last Yes, We Are Emo”. “Malam Minggu yang indah bukan?” Yas menyapa penonton setelah melakukan aksi pembuka. Pada lagu ketiga  kaos tersebut akhirnya dibuka oleh semua personel lalu dilemparkan ke penonton. Alhasil para Stand Alone Crew saling berebutan merchandise langka tersebut karena hanya ada lima buah dan otomatis sudah dicuci oleh keringat asli dari idola mereka.

Ternyata bukan hanya Krisyanto bekas vokalis Jamrud yang memakai toa untuk bernyanyi, Yas juga memakai alat yang sama untuk bernyanyi. Di tengah konser sang vokalis memperkenalkan gitar barunya yang diberi nama Coki. “Hai Coki!” Yas mengajak penonton berkenalan dengan gitar barunya sambil beradegan seperti mengobrol dengan gitarnya seolah-olah gitar tersebut adalah benda hidup.

Yas, memang piawai bekomunikasi dengan penonton. Dia menghibur penonton dengan aksinya yang atraktif sehingga penonton tidak bosan dengan aksinya dan penasaran dengan apa yang akan dilakukannya. Para personel yang lain pun tampil dengan energik sehingga menghasilkan aksi panggung yang spektakuler. Singalong dari penonton terus berkumandang hampir di setiap lagu sambil tak henti melakukan moshing .

Pada saat lagu “Me, Peace, and Love” mereka diiringi oleh kuartet orhestra. Penonton melambai-lambaikan tangan ke atas sambil menyalakan korek api atau lampu dari ponsel mereka. Aksi panggung dilanjutkan dengan saling bertukarnya posisi para personel. Athink yang tadinya menggebuk drum maju ke depan panggung dan meraih mik untuk bernyanyi. Setelah membawakan 20 lagu yang diambil dari album pertama dan kedua serta beberapa materi lagu yang belum pernah dirilis sebelumnya termasuk lagu-lagu baru, akhirnya “Walk Together, Rock Together” konser pertama Alone At Last ditutup dengan encore yang menampilkan Owang vokalis band Beside.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar