Rabu, 26 Oktober 2011

PLTP Pertama di Indonesia

Usulan JB Van Dijk pada tahun 1918 untuk memanfaatkan sumber energi panasbumi di daerah kawah Kamojang, Jawa Barat, merupakan titik awal sejarah perkembangan panasbumi di Indonesia.

Secara kebetulan, peristiwa itu bersamaan waktu dengan awal pengusahaan panasbumi di dunia, yaitu di Larnderello, Italia, yang juga terjadi di tahun 1918. Bedanya, kalau di Indonesia masih sebatas usulan, di Italia pengusahaan telah menghasilkan uap alam yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik.


1926 - 1928
Lapangan panasbumi Kamojang, dengan sumurnya bernama KMJ-3, yang pernah menghasilkan uap pada tahun 1926, merupakan tonggak pemboran eksplorasi panasbumi pertama oleh Pemerintah kolonial Belanda. Sampai sekarang, KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 140C dan tekanan 2,5 atmosfer (atm).Sampai tahun 1928 telah dilakukan lima pemboran eksplorasi panasbumi, tetapi yang berhasil mengeluarkan uap -- ya itu tadi -- hanya sumur KMJ-3 dengan kedalaman 66 meter. Sampai saat ini KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 1400 C dan tekanan 2,5 atmosfer.
Sejak 1928 kegiatan pengusahaan panasbumi di Indonesia praktis terhenti dan baru dilanjutkan kembali pada tahun 1964. Dari 1964 sampai 1981 penyelidikan sumber daya panasbumi dilakukan secara aktif bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar neger
Kamoiang Seramah Mojang
Mojang atau dara tanah Pasundan terkenal dengan keramahannya. Pun Kamojang. Sekalipun hanya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), tapi keramahannya tak terkira, khususnya terhadap lingkungan.Kamojang adalah PLTP pertama di Indonesia yang dibangun tahun 1983 di Kamojang, Perbatasan Kab. Bandung dan Garut-Jawa Barat, dengan memanfaatkan potensi energi panas bumi sebesar 30 MW.

Dioperasikan oleh anak perusahaan PLN, Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang, listrik yang dibangkitkan PL TP ini ditransmisikan lewat jaringan 150 kV.
Saat ini, PLTP Kamojang terbaik di Indonesia, karena uap yang dikeluarkan sangat kering (very dry) dengan kelembaban sang amat rendah, sehingga uap dapat langsung masuk ke turbin. Alhasil, dampak negatif terhadap lingkungan nol. Tidak ada emisi karbon, tidak ada hujan asam. pokoknya, panas bumi Kamojang adalah sumber energi
ramah lingkungan.


UBP Kamojang yang berlokasi di daerah perbukitan berketinggian 1.500 meter dari atas permukaan laut dan 42 km tenggara Kota Bandung beroperasi sejak 22 Oktober 1982. Tapi Presiden Soeharto baru meresmikan operasi unit 1 pada 7 Februari 1983. Adapun unit 2 dan 3 beroperasi Juli dan November 1987.
Penggunaan panas bumi sebagai energi primer terbarukan yang bersih mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya mudah didapat secara kontinyu dalam jumlah besar, ketersediaannya tidak terpengaruh cuaca, serta bebas polusi udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya.
Lapangan panas bumi di wilayah Kamojang diperkirakan memiliki potensi energi 300 MWe. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, yakni 28 Gwe. Sedang potensi panas bumi dunia 50 GWe.

Komitmen PLN untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan, khususnya panas bumi, tidak hanya sampai di sini. Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2010-2019, PLN menargetkan penambahan kapasitas listrik melalui panas bumi sebesar 5.990 MegaWatt (MW).
Menurut General Manager Indonesia Power UBP Kamojang, Hananto Yogo, PLTP Kamojang unit 1, 2, dan 3 akan melakukan negosiasi ulang untuk kontrak baru. Kontrak lama berakhir pada Juli (Kamojang 2), September (Kamojang 3), dan Desember 2012 (Kamojang 1) dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
"Harga uap saat ini untuk PLTP Kamojang 1 sebesar USD 0,0358 per kWh, sedangkan PLTP Kamojang 2 dan 3 masing-masing USD 0,11 per kWh," ucap Yogo di sela acara media gathering beberapa waktu lalu.
Indonesia Power mengharapkan harga uap PLTP Kamojang 2 dan 3 disesuaikan dengan regulasi maksimal sebesar USD 0,097 per kWh. Sedangkan untuk Kamojang 4 dan
Lahendong, PGE meminta agar harga uap dinaikkan, karena dinilai terlalu rendah. Untuk Kamojang 4, harga uap hanya USD 0,045/kWh. Sedang Lahendong Rp 300/kWh.

Total kapasitas PLTP Kamojang saat ini sebesar 200 MW, terdiri atas empat unit yakni PLTP Unit 1 dengan produksi 30 MW, unit 2 dan 3 masing-masing kapasitas 55 MW, serta PLTP unit 4 sebesar 60 MW. Keseluruhan energi listrik yang dihasilkan PLTP Kamojang dialirkan guna mendukung sistem transmisi (interkoneksi) Jawa-Bali.

sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10185323

Tidak ada komentar:

Posting Komentar